Artikel kali ini akan membahas tentang kisah inspiratif Susi Susanti. Susi Susanti adalah sosok legenda dalam olahraga bulu tangkis. Meskipun sudah pensiun sebagai atlet bulu tangkis, namanya masih tetap dikenal oleh banyak orang. Selama menjalani profesi sebagai atlet bulu tangkis, dia dikenal dengan gaya bermain yang khas, mentalnya yang kuat, dan trik yang berbeda dengan yang lain.
Susy Susanti adalah atlet bulu tangkis tunggal wanita yang menoreh banyak prestasi dalam sejarah bulu tangkis Indonesia. Berbeda dengan kebanyakan pemain bulu tangkis wanita lainnya, Susi Susanti suka bermain dengan reli yang panjang untuk melemahkan stamina lawannya. Tidak heran jika permainan Susy Susanti sering berlangsung lama.
Setiap kali bertanding, dia bisa tetap senang dan mengendalikan emosinya dengan baik. Selain itu, dia memiliki fisik yang kuat dan unggul dalam segi kecepatan. Dia memiliki kepribadian yang gigih, bersemangat, dan rendah hati. Lantas, bagaimana perjalanan Susi Susanti dalam meraih cita-citanya sebagai atlet bulu tangkis wanita? Jika Anda penasaran dengan kisahnya, mari simak artikel berikut.
Daftar Isi
ToggleProfil Singkat Susy Susanti
Lucia Francisca Susi Susanti lahir di Tasikmalaya Jawa Barat pada tahun 1971. Dia lahir dari keluarga atlet. Orang tuanya bernama Purwo Banowati dan Risad Haditono. Ayahnya pernah menjuarai pertandingan bulu tangkis di Jawa Tengah, sementara ibunya pernah menjuarai pertandingan bulu tangkis se-Tasikmalaya.
Lantas, bagaimana dengan riwayat pendidikan Susi Susanti? Susi Susanti menempuh pendidikan Sekolah Dasar di kota kelahirannya. Kemudian, dia melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas di Jakarta Selatan. Setelah lulus SMA, dia melanjutkan pendidikannya ke STIE Perbanas.
Dia menikah dengan Alan Budikusuma yang merupakan mantan atlet bulu tangkis tunggal putra. Pernikahan mereka diadakan di Jakarta. Media pernah menjulukinya sebagai Pengantin Olimpiade. Mereka telah dikaruniai tiga orang anak.
Berambisi Melanjutkan Cita-Cita Sang Ayah
Dia memiliki keinginan untuk melanjutkan cita-cita sang ayah untuk menjadi juara dunia dalam olahraga bulu tangkis. Dia senang bisa meneruskan mimpi ayahnya. Kedua orang tuanya juga gemar bermain bulu tangkis. Ayahnya adalah seorang atlet bulu tangkis namun gagal meraih cita-citanya karena mengalami cedera lutut. Meskipun alami cedera, ayahnya tetap meneruskan hobinya dengan bermain di level daerah.
Susi Susanti sudah mengenal dan mempelajari bulu tangkis sejak kecil. Orang tuanya mendukung cita-citanya. Saat masih kecil, dia sering diajak orang tuanya ke lapangan bulu tangkis. Awalnya dia hanya mencoba, namun lama-kelamaan dia jadi tertarik dengan olahraga ini.
Ayahnya melihat bahwa Susi memiliki bakat dan keinginan untuk belajar. Sehingga, ayahnya mulai mengajarkannya dasar-dasar bulu tangkis. Selain itu, dia juga sempat berlatih selama tujuh tahun di klub milik pamannya yang berada di Tasikmalaya. Nama klubnya adalah PB Tunas Tasikmalaya. Dia bergabung di klub ini selama tujuh tahun.
Mematahkan Stigma Perempuan Tidak Bisa Menyamai Prestasi Laki-Laki
Kala itu, ada stigma bahwa perempuan tidak bisa menyamai prestasi laki-laki. Alasannya karena laki-laki memiliki fisik yang lebih kuat daripada perempuan.
Saat itu, hanya ada sedikit perempuan yang ingin menjadi atlet. Sehingga, kebanyakan atlet bulu tangkis yang berprestasi adalah laki-laki. Namun, Susi Susanti tidak menyerah dan tetap berusaha agar bisa menjadi atlet perempuan yang memiliki banyak prestasi seperti kebanyakan atlet laki-laki di Indonesia.
Setelah belajar bulu tangkis di Tasikmalaya, kemudian dia pergi ke Jakarta dan bersekolah di sekolah atlet. Dia pindah ke Jakarta saat duduk di bangku kelas 2 SMP. Di sana, dia harus tinggal di asrama dan mengikuti jadwal latihan yang padat. Dia harus mengikuti latihan dari hari Senin sampai Sabtu.
Lalu, Susi Susanti yang sebelumnya hanya mengikuti kejuaraan-kejuaraan skala kecil bisa masuk ke tim nasional. Dia bergabung dengan klub PB Jaya Raya pada saat berusia 14 tahun.
Baca Juga:
- Kisah Inspiratif: Greysia Polii, Menembus Garis Batas
- Kisah Inspiratif: Pratama Arhan, Berawal dari Sepatu 25 Ribu
- Kisah Inspiratif: Megawati Hangestri, dari Voli ke Korea
- Kisah Inspiratif: Dita Karang, Perjalanan Menjadi Seorang Idol
Meraih Berbagai Prestasi Internasional
Susi Susanti meraih banyak prestasi dalam olahraga bulu tangkis bahkan sejak masih remaja. Prestasinya tidak hanya di kancah nasional, namun juga sampai ke kancah internasional.
Kejuaraan pertama yang diraihnya adalah juara tiga dalam lomba bulu tangkis di Tasikmalaya. Waktu itu, umurnya masih sembilan atau sepuluh tahun. Meski tidak mendapatkan juara pertama, dia tetap merasa senang. Piala yang didapatkannya kala itu berharga dan menjadi penyemangat baginya.
Setelah Susi menjadi juara ketiga dalam perlombaan tersebut, ayahnya berpesan agar bisa menjadi juara pertama, Susi harus terus berlatih. Mengikuti pesan dari ayahnya, akhirnya Susi terus berlatih dan berhasil meraih mimpinya.
Saat berumur 18 tahun, Susi Susanti berhasil meraih gelar juara Indonesia Open. Selain itu, pada tahun yang sama, dia berhasil meraih gelar perdana dalam Piala Sudirman. Dia mendapatkan medali emas pada Olimpiade Barcelona Spanyol yang diselenggarakan pada tahun 1992. Dalam pertandingan tersebut, Susi berhasil mengalahkan lawan mainnya yang berasal dari Korea Selatan, yaitu Bang Soo-hyun.
Selain medali emas, dia juga berhasil mendapatkan medali perunggu di Olimpiade Atlanta Amerika Serikat serta menjadi juara Piala Uber 1994 dan 1996. Dia pun berhasil menjadi juara dunia pada tahun 1993. Susi Susanti juga berhasil menyabet title All England selama empat musim berturut-turut.
Selain itu, Susi Susanti juga mendapatkan penghargaan Badminton Hall of Fame dari Badminton World Federation serta Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama. Susi Susanti menjadi pemenang dalam World Badminton Grand Prix Finals sebanyak lima kali dan Japan Open sebanyak tiga kali.
Pada tahun 2002, dia juga mendapatkan Piala Herbert Scheele. Selain mendapatkan banyak penghargaan, kisahnya juga diangkat menjadi film dengan judul Susi Susanti: Love All. Film tersebut diperankan oleh Laura Basuki dan Dion Wiyoko.
Memutuskan Pensiun dan Membuka Bisnis Bersama Suaminya
Ada banyak prestasi Susi Susanti dalam olahraga badminton hingga akhirnya dia memutuskan untuk pensiun pada tahun 1998. Acara pelepasan Susi Susanti dilakukan pada tahun 1999 di Istora Senayan. Acara tersebut dihadiri oleh ribuan orang.
Setelah pensiun, dia membuka usaha apparel bulu tangkis dan sport massage center bersama suaminya. Mereka menamainya Astec dan Fontana. Astec merupakan singkatan dari Alan Susi Technology. Selain terjun ke dunia bisnis, mereka juga menjadi pengurus Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) setelah pensiun.
Dia juga mendirikan Olympic Badminton Hall di Jakarta. Di samping itu, Susi Susanti kerap menjadi komentator dalam pertandingan bulu tangkis yang ditayangkan di televisi.
Itulah kisah inspiratif Susi Susanti dalam menekuni olahraga badminton. Dia mematahkan stigma bahwa hanya atlet laki-laki saja yang bisa berprestasi di olahraga bulu tangkis. Dari kisahnya, dapat disimpulkan bahwa sama seperti laki-laki, perempuan juga bisa menoreh banyak prestasi di bidang yang ditekuninya, termasuk bidang olahraga.
Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat, silahkan klik tombol share untuk membagikannya kepada teman-teman Anda. Apabila ada komentar yang ingin Anda sampaikan, silahkan tulis di kolom komentar yang tersedia.
1 komentar untuk “Kisah Inspiratif: Susi Susanti, Legenda Bulu Tangkis Indonesia”
Pingback: Kisah Inspiratif: Megawati Hangestri, dari Voli ke Korea - Ruang Penggerak