Artikel kali ini akan mengangkat kisah inspiratif BJ Habibie. BJ Habibie merupakan mantan presiden ketiga Indonesia menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatannya. Nama lengkapnya adalah Bacharudin Jusuf Habibie. Dia pernah meraih sejumlah penghargaan yang meliputi Edward Warner Award, Award von Karman, dan Ganesha Praja Manggala Bhakti Kencana.
Sebelum menjadi presiden, dia adalah seorang ilmuwan dan profesor dalam teknologi aviasi dan bekerja di perusahaan penerbangan di Hamburg, Jerman. Selain dikenal sebagai mantan presiden Indonesia yang ketiga, dia juga dikenal sebagai Bapak Teknologi Indonesia.
Dia merupakan anak keempat dari delapan bersaudara. Ayahnya adalah seorang ahli pertanian sedangkan ibunya berprofesi sebagai spesialis mata. Penasaran bagaimana perjalanan hidup BJ Habibie sebelum dan sesudah menjadi presiden Indonesia? Mari simak kisah lengkapnya dalam artikel berikut.
Daftar Isi
ToggleLatar Belakang Habibie
BJ Habibie lahir di Parepare Sulawesi Selatan tahun 1936 dan meninggal pada tahun 2019. Dia memiliki keluarga besar di Gorontalo yang memiliki peternakan sapi dan perkebunan kopi.
Ayahnya meninggal sewaktu BJ Habibie masih berusia 14 tahun. Sejak ditinggalkan oleh ayahnya, ibunya harus berjuang menghidupi BJ Habibie dan ketujuh saudaranya. Setelah ayahnya meninggal, BJ Habibie dan keluarganya pindah ke Bandung.
Pada tahun 2019, BJ Habibie meninggal di rumah sakit karena mengalami gagal jantung. Dia meninggal pada saat berumur 83 tahun. Sebelum meninggal, dia telah menjalani perawatan secara intensif. Dia dimakamkan di samping makam istrinya. Acara pemakamannya dihadiri oleh Presiden Jokowi.
Baca kisah serupa:
- Kisah Inspiratif: Susi Pudjiastuti, Sang Ratu Laut Indonesia
- Kisah Inspiratif : Jokowi, Dari Tukang Kayu Jadi Orang Nomor Satu
- Kisah Inspiratif: Ganjar Pranowo, Dedikasi Mengubah Jawa Tengah
- Kisah Inspiratif: Sandiaga Uno, PHK yang Berbuah Manis
Terbang ke Jerman Mengejar Pendidikan
Dia bersekolah di Sekolah Negeri Tingkat Pertama yang berada di Parepare. Lalu, dia lanjut ke Sekolah Menengah Atas yang ada di Bandung, yaitu SMAK Dago. Setelah lulus SMA, BJ Habibie menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung yang kini telah berganti nama menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB).
Dia juga sempat menempuh pendidikan di Jerman Barat dengan jurusan teknik penerbangan. Di Jerman, dia mempelajari dan mendalami Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang. Setelah lulus, dia menerima gelar diploma insinyur dan doktor insinyur dengan predikat summa cumlaude. Selama menempuh studi di Jerman, dia memiliki minat dalam bidang teknologi penerbangan.
Karena belajar teknologi dan teknik pertambangan, akhirnya dia menjadi ahli pesawat terbang. Bahkan, dia menjadi orang pertama yang membuat pesawat terbang di Indonesia. Hal inilah yang membuatnya mendapat julukan sebagai Bapak Teknologi Indonesia.
Menemukan Cinta Sejati
Pertemuan pertama BJ Habibie dengan istrinya berlangsung pada saat keduanya bersekolah di SMP yang sama. Jadi, BJ Habibie dan Ainun adalah teman satu sekolah. Keduanya terpisah ketika BJ Habibie harus melanjutkan pendidikannya di Jerman. Sedangkan, Ainun menempuh pendidikan di Universitas Indonesia dengan jurusan kedokteran.
BJ Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada tahun 1962. Setelah menikah, mereka menetap di Jerman. Mereka dikaruniai dua orang putra yang bernama Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie.
Perjuangan Bekerja pada Industri Kereta Api Jerman
Setelah lulus dan mendapatkan gelar insinyur, BJ Habibie bekerja di industri kereta api Jerman. Pada saat itu, perusahaan kereta api tersebut memerlukan wagon yang akan digunakan untuk mengangkut barang yang ringan dalam jumlah yang banyak. Kemudian, BJ Habibie membuat alat yang dibutuhkan dan kebutuhan perusahaan tersebut terpenuhi dengan baik.
Mengemukakan “Faktor Habibie” Saat Bekerja di Perusahaan Penerbangan
BJ Habibie pernah bekerja di perusahaan penerbangan di Jerman yang bernama Messerschmitt-Bolkow-Blohm (MBB) sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktur Pesawat Terbang. Pada tahun 1978, dia menjadi Dewan Direktur di perusahaan penerbangan tersebut.
BJ Habibie banyak berkontribusi dalam menghasilkan penelitian dan teori selama bekerja di MBB. Penelitian dan teorinya berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang termodinamika. Dalam dunia penerbangan, beberapa teorinya yang populer adalah Habibie Factor, Habibie Method, dan Habibie Theorem.
Habibie Factor merupakan rumus crack propagation theory untuk menghitung keretakan dan atom pesawat terbang. Rumus ini sangat penting karena pada saat itu masih banyak pesawat terbang yang mengalami kecelakaan karena kegagalan struktural. Berkat rumus yang dihasilkannya, BJ Habibie mendapat julukan Mr Crack dan predikat Guru Besar dari ITB.
Selain itu, dia juga mengajak dan merekomendasikan sejumlah insinyur asal Indonesia untuk bekerja di MBB. Akhirnya, ada sekitar 40 insinyur yang bekerja di perusahaan tersebut. BJ Habibie melakukan hal ini dengan tujuan meningkatkan pengalaman dan keahlian sumber daya manusia (SDM) Indonesia.
Setelah itu, Presiden Soeharto memintanya untuk kembali ke Indonesia. Dia mengutus Ibnu Sutowo untuk menemui dan membujuk BJ Habibie untuk pulang ke Indonesia. Setelah kembali ke Indonesia, dia menjabat sebagai Kepala Divisi Teknologi Maju dan Teknologi Penerbangan di Pertamina. Selanjutnya, dia mengemban tanggung jawab sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi.
Baca juga: 50 Quotes Soekarno: Motivasi dari Sang Proklamator Indonesia
Menjadi Presiden Ketiga Indonesia Setelah Soeharto
Dia sempat menjabat sebagai wakil presiden dalam periode yang sangat singkat. Lalu, setelah Presiden Soeharto mundur dari jabatannya, dia diangkat menjadi presiden dan menjalankan tugasnya selama kurang lebih satu tahun empat bulan. Pada saat dia menjadi presiden, Timor Timur atau yang sekarang disebut Timor Leste memisahkan diri dan berdiri menjadi negara sendiri.
Saat BJ Habibie menjabat sebagai presiden, saat itu Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi. Namun, BJ Habibie berhasil menaikkan kurs dollar ke rupiah dan menyelesaikan likuidasi bank-bank yang bermasalah.
Masa jabatannya relatif singkat karena dia memutuskan mengundurkan diri pada tahun 1999. Selain itu, BJ Habibie juga membentuk Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Dia juga turut terlibat dalam program pembuatan pesawat terbang, salah satunya proyek N-250 Gatotkaca. Dia juga terlibat dalam proyek pesawat terbang CN-235 dan N-2130.
Setelah tidak menjadi presiden lagi, dia sempat menetap lagi di Jerman. Selain itu, dia memiliki kesibukan mengembangkan industri pesawat terbangnya di Batam. Dia merupakan komisaris PT Regio Aviasi Industri. Selain itu, setelah pensiun, dia juga aktif dalam aktivitas sosial dan pendidikan. Dia membentuk yayasan yang berfokus pada pendidikan dan pengembangan teknologi.
Kisah Inspiratif yang Diangkat Menjadi Film
Karena sangat mencintai istrinya, BJ Habibie menulis sebuah buku yang berjudul Habibie & Ainun. Buku 323 halaman ini berisi kisah cintanya dengan Ainun dari awal bertemu sampai Ainun meninggal karena menderita kanker ovarium. Selama hidupnya, Ainun selalu menemani dan mendampingi suaminya dengan sabar.
Kisahnya yang inspiratif telah diangkat menjadi film layar lebar yang berjudul Rudy Habibie dan Habibie & Ainun. Hanung Bramantyo dan Faozan Rizal menjadi sutradara film tersebut. Dalam film Habibie & Ainun, sosok Habibie diperankan oleh Reza Rahadian sedangkan Ainun diperankan oleh Bunga Citra Lestari.
Karena memiliki skill akting yang mumpuni, Reza Rahadian berhasil memerankan sosok Habibie dengan sangat baik dan mendapatkan banyak pujian dari masyarakat. Film ini berhasil menarik perhatian masyarakat dan telah ditonton oleh 4,5 juta orang.
Demikian kisah BJ Habibie dari awal pendidikannya sampai menjadi presiden Indonesia ketiga. Apabila Anda merasa informasi ini menarik dan bermanfaat, mari klik tombol share untuk membagikannya kepada teman-teman Anda. Jika ada pertanyaan yang ingin Anda ajukan, Anda bisa meninggalkan komentar pada kolom yang tersedia.
1 komentar untuk “Kisah Inspiratif: BJ Habibie, Bapak Teknologi Indonesia”
Pingback: Kisah Inspiratif: Ganjar Pranowo, Dedikasi Mengubah Jawa Tengah