Kisah Inspiratif: Angga Fauzan, Perjalanan dari Kandang Kambing

Kisah-Inspiratif-Angga-Fauzan-Tinggal-di-bekas-kandang-kambing

Kisah inspiratif Angga Fauzan sangat menarik untuk dibahas. Angga Fauzan adalah pemuda asal Boyolali yang merupakan founder dari MySkill, platform edukasi asal Indonesia. Pemuda yang kerap dipanggil Angga ini selalu tampil sederhana dan pembawaannya tidak neko-neko.  

Walaupun terlahir dari keluarga yang sederhana, pada akhirnya Angga Fauzan mampu menempuh pendidikan di luar negeri dan membangun sebuah start up pendidikan. Dalam meraih hal tersebut, tentu dibutuhkan perjuangan yang tidak mudah.

Ingin tahu bagaimana perjuangan Angga Fauzan dalam meraih mimpinya? Simak kisah inspiratifnya dalam artikel berikut.

Angga Fauzan Pernah Tinggal di Bekas Kandang Kambing

Awalnya, Angga menetap di daerah Ciracas, Jakarta Timur sampai kelas 4 SD. Namun, Angga dan keluarganya harus rela pindah ke Boyolali karena pemerintah setempat menggusur tempat berjualan ayahnya. Penggusuran dilakukan karena pemerintah akan membuat taman.

Selama tinggal di ibukota, ayahnya berprofesi sebagai penjual ayam goreng yang berjualan dengan gerobak sederhana. Kembali ke kampung halaman tidak menjadikan keadaan ekonomi keluarga Angga membaik. 

Setelah pindah ke Boyolali, ayahnya banting setir menjadi pengrajin tembaga. Sebagian besar warga Boyolali memang memiliki profesi sebagai pengrajin tembaga. Sedangkan, ibunya bekerja sebagai penjual gorengan.

Di Boyolali, Angga dan keluarganya tinggal di sebuah gubuk yang merupakan bekas kandang kambing milik kakeknya. Gubuk itu dibersihkan dan dirapikan sedemikian rupa dan dijadikan sebagai tempat tinggal. Lantainya masih berupa tanah dan dindingnya terbuat dari bambu sehingga selalu terjadi kebocoran saat hujan. 

Angga harus tinggal di gubuk itu untuk waktu yang cukup lama, yaitu dari kelas 4 SD sampai lulus kuliah. Selama bertahun-tahun, dia dan keluarganya tinggal di tempat yang kurang layak.

Baca kisah serupa:

Hampir Berkali-Kali Putus Sekolah

Karena terbatas secara ekonomi, Angga selalu sulit untuk memutuskan apakah akan melanjutkan pendidikan atau tidak. Bahkan, Angga hampir putus sekolah. 

Setelah mengambil ijazah SMP, teman-temannya diajak orang tua mereka untuk melakukan pendaftaran di SMA. Namun, ayahnya Angga justru mengajaknya pergi ke tempat kursus komputer dengan harapan bisa langsung kerja setelah lulus kursus tersebut.

Namun, Angga tidak menyerah begitu saja. Tanpa sepengetahuan ayahnya, dia pergi melakukan pendaftaran di SMA. Ayahnya baru tahu setelah Angga diterima di SMA tersebut.

Sebagai uang pangkal, Angga diharuskan untuk membayar 1,7 juta rupiah. Akhirnya, uang pangkal tersebut dibayar menggunakan uang pinjaman. 

Selama sekolah, Angga sering dipanggil ke ruang BP karena belum membayar SPP. Supaya bisa mengikuti ujian, Angga harus melunasi uang SPP terlebih dahulu.

Menempuh Pendidikan SI di ITB dengan Beasiswa

Sejak SMP, Angga gemar membaca buku-buku komik. Dia juga gemar menggambar. Itulah yang membuatnya tertarik untuk memilih jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Suatu hari, ada mahasiswa ITB yang datang ke sekolahnya dan melakukan sosialisasi. Mereka juga menjelaskan mengenai program beasiswa Bidikmisi. Setelah mendengarkan penjelasan tersebut dan mencari informasi di internet, akhirnya Angga memutuskan untuk mengambil jurusan DKV di ITB.

Keinginannya untuk menempuh pendidikan di ITB terwujud dengan bantuan beasiswa Bidikmisi. Selama berkuliah di ITB, Angga aktif dalam berorganisasi dan meraih segudang prestasi. Dia juga aktif sebagai asisten dosen.

Terjun ke Masyarakat dalam Gerakan Boyolali Bergerak

Pada tahun 2016, Angga beserta teman-temannya membentuk sebuah komunitas yang bernama Boyolali Bergerak. Komunitas ini berfokus pada bidang sosial dan pendidikan. Melalui komunitas ini, Angga dan teman-temannya mengadakan pelatihan, memberikan bantuan sosial, serta menyediakan program beasiswa.

Selain itu, komunitas ini juga pernah memberikan bantuan berapa peralatan sekolah kepada para siswa yang kurang mampu, menyediakan buku untuk perpustakaan, dan mengadakan lomba esai.

Komunitas Boyolali Bergerak masih aktif hingga sekarang. Saat ini, komunitas tersebut sedang menjalankan program beasiswa. Pembentukan komunitas ini memiliki tujuan untuk mengembangkan berbagai potensi yang ada di Boyolali, Jawa Tengah.

Melanjutkan Pendidikan di Luar Negeri dengan Beasiswa

Pada tahun 2014, Angga memperoleh informasi dari senior kampusnya tentang beasiswa LPDP. Mulai sejak saat itu, dia mulai menyiapkan diri dengan mengikuti kursus dan belajar secara mandiri.

Dia menyadari bahwa dia memiliki kekurangan dalam Bahasa Inggris. Oleh karena itu, setelah selesai kuliah dan sudah bekerja, dia mengambil tes TOEFL selama tiga bulan sampai tenggat waktu pendaftaran LPDP. Namun, hasil tesnya masih tidak memenuhi syarat pendaftaran.

Usaha pemuda kelahiran 1994 ini tidak berakhir di situ saja. Angga kembali menyiapkan diri dengan kursus Bahasa Inggris di Pare, Kediri selama satu bulan.

Kemudian, pada tahun 2017, Angga mencoba lagi untuk mengikuti pendaftaran beasiswa LPDP. Akhirnya, Angga dinyatakan lulus dan memperoleh kesempatan untuk menempuh pendidikan di Skotlandia, tepatnya di University of Edinburgh UK. Angga adalah satu-satunya orang Indonesia di kelasnya.

Baca juga: Kisah Inspiratif: Anne Avantie, Desainer Ijazah SMP yang Mendunia

Mendirikan Start Up yang Mebantu Orang Lain Mendapatkan Skill dan Pekerjaan Impiannya

Angga berhasil mendapatkan gelar Master pada tahun 2019. Setelah selesai kuliah, dia sempat bekerja di beberapa perusahaan yang ada di Indonesia. Dia melihat ada banyak orang kesulitan mendapatkan pekerjaan karena terbatasnya lapangan pekerjaan dan kurangnya skill yang dimiliki oleh anak muda.

Setelah itu, berbekalkan pengalamannya dalam bidang Product & Marketing, Angga dan teman-temannya mulai membangun platform yang bergerak di bidang pendidikan yang diberi nama MySkill. Platform ini membantu pelanggannya dalam melakukan peningkatan kompetensi dan persiapan karir sehingga bisa mendapatkan pekerjaan yang layak.

Angga memutuskan untuk mengurus MySkill secara full time dan resign dari pekerjaannya pada tahun 2022. Platform MySkill menyediakan banyak pelatihan dan kelas yang berguna untuk bekerja. Seiring berjalannya waktu, platform tersebut terus mengalami perkembangan yang pesat dan sudah ada banyak pengguna yang menggunakannya.

Platform MySkill menyediakan tiga fitur utama yang bisa diakses oleh penggunanya secara free dan berbayar. Fitur yang pertama adalah E-Learning. Melalui fitur ini, para pelanggan dapat belajar melalui modul, video, dan webinar.

Fitur yang kedua adalah Bootcamp. Para pelanggan akan mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kelas online di mana mereka akan memahami konsep dan melakukan praktek. 

Fitur yang terakhir adalah Mentoring. Fitur mentoring memungkinkan CV para pengguna di-review. Mereka juga akan mendapatkan template yang bisa mereka gunakan untuk menyiapkan lamaran kerja. Mereka juga akan dibantu oleh tim HRD dalam melakukan persiapan wawancara.

Keberhasilan Angga dalam menempuh pendidikan dan membangun bisnis start up tentu tidak lepas dari dukungan orang tuanya.

Sekian pembahasan mengenai kisah inspiratif Angga Fauzan, pemuda asal Boyolali yang berhasil mendirikan MySkill bersama temannya. Dari kisah ini, apa yang bisa Anda pelajari dari sosok Angga Fauzan?

Apabila ada pertanyaan dan opini yang ingin Anda sampaikan, Anda bisa meninggalkan komentar. Mari klik tombol share untuk membagikan kisah inspiratif ini kepada teman-teman Anda.

3 komentar untuk “Kisah Inspiratif: Angga Fauzan, Perjalanan dari Kandang Kambing”

  1. Pingback: Kisah Inspiratif: Deddy Corbuzier, Berawal dari Pesulap Hotel

  2. Pingback: Kisah Inspiratif: Jerome Polin, Pendiri Mantappu Corp

  3. Pingback: Kisah Inspiratif Maudy Ayunda di Dunia Pendidikan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan kisah inspiratif ini kepada temanmu

Cari Artikel Lainnya

Rekomendasi Artikel

Scroll to Top