Kisah Inspiratif: Tri Ahmad Irfan, Anak Tukang Batu Pendiri Lumina

kisah-inspiratif-tri-ahmad-irfan-anak-pemecah-batu

Tri Ahmad Irfan adalah anak muda Indonesia yang berhasil masuk dalam Forbes 30 Under 30 Asia untuk kategori Social Impact. Bersama rekannya, ia juga berhasil membangun usaha start up yang bermanfaat bagi banyak orang. Artikel ini akan membahas kisah inspiratif Tri Ahmad Irfan.

Selain itu, dia mendapatkan dua kali kesempatan untuk magang di kantor Twitter, Amerika Serikat. Penasaran bagaimana perjalanan pemuda asal Boyolali ini dalam meraih kesempatan magang di Silicon Valley? Mari simak perjalanan dan kisah inspiratif Tri Ahmad Irfan dalam artikel berikut.

Tri Ahmad Irfan, Anak Seorang Pemecah Batu

Tri Ahmad Irfan bukanlah anak yang berasal dari keluarga yang mampu secara ekonomi. Ia berasal dari keluarga yang sederhana. Ayahnya bekerja serabutan sebagai petani dan pemecah batu. Sementara ibunya bekerja sebagai petani dan ibu rumah tangga.

Orang tuanya tidak bersekolah dan kedua kakaknya menempuh pendidikan sampai Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dia merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara. Bersama keluarganya, dia tinggal di rumah yang sangat sederhana. Rumahnya beralaskan tanah dan dinding yang terbuat dari anyaman bambu.

Bahkan, setiap kali ada bantuan dari pemerintah, rumahnya selalu ditempeli logo yang menandakan bahwa pemilik rumah adalah bagian dari keluarga miskin. Tanda ini tidak boleh dilepas. Apabila tandanya dilepas, mereka tidak akan mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Baca kisah serupa:

Membantu Orang Tua dengan Uang Hasil Menang Lomba

Dia sempat menempuh pendidikan di SMP 1 Boyolali dan SMA Sragen BBS. Saat masih sekolah, Tri Ahmad Irfan membantu orang tuanya mencari uang dengan mengikuti banyak lomba. Biasanya, dia akan mendapatkan hadiah uang setelah memenangkan lomba yang diikutinya.

Hadiah uang itu digunakan untuk membayar utang dan keperluan sehari-hari. Dia pernah mengikuti Olimpiade Komputer tingkat nasional dan berhasil meraih medali perunggu.

Dia banyak mengikuti lomba. Dia memang berhasil memenangkan banyak lomba, namun di sisi lain ada juga banyak lomba yang tidak berhasil dimenangkannya.

Dari tahun 2011 sampai 2013, Irfan sering menjadi pemenang lomba yang berkaitan dengan informatika. Salah satu lomba yang dimenangkannya adalah IT Venture Competition yang diselenggarakan oleh Universitas Sebelas Maret.

Mendapatkan Beasiswa dan Berkuliah di Universitas Indonesia

Pada tahun 2013, Tri Ahmad Irfan mendapatkan beasiswa Bidikmisi untuk berkuliah di Universitas Indonesia dengan jurusan Ilmu Komputer. Selain dibiayai kuliah, dia juga mendapatkan uang saku bulanan sebanyak 600 ribu dari beasiswa tersebut. 

Saat berkuliah, dia tertarik mempelajari tentang programming dan software. Selain kuliah, dia juga mendaftar dan mengikuti program Indo2SV.

Program Indo2SV adalah program yang dirancang untuk mencari mahasiswa-mahasiswa yang memiliki talenta di bidang Information Technology (IT). Melalui program ini, mereka akan dilatih supaya bisa magang di perusahaan-perusahaan teknologi yang ternama seperti Google, Twitter, dan Facebook.

Melalui Indo2SV, dia juga mendapatkan kesempatan untuk dibimbing oleh orang-orang Indonesia yang sudah lama bekerja di Silicon Valley. Dia belajar caranya membuat resume yang menarik, caranya melamar magang, dan sebagainya. Setelah tiga bulan belajar di Indo2SV, dia melamar posisi magang di Twitter.

Magang di Silicon Valley dan Kantor Twitter Pusat

Tri Ahmad Irfan sempat menjalani magang dua kali di Silicon Valley, tepatnya di kantor pusat Twitter. Selama magang, dia melihat bagaimana kinerja perusahaan start up teknologi di Silicon Valley. Dia magang di Twitter sebagai Software Engineering Intern. Setelah selesai magang, dia diharuskan untuk melakukan final presentation.

Kesempatan magang yang pertama dia dapatkan pada tahun 2015 setelah mengirimkan proposal lamaran ke Twitter. Saat itu, proses pendaftaran magangnya cukup panjang. Bahkan, dia harus mengikuti seleksi wawancara selama 45 menit melalui video conference. 

Wawancaranya bersifat teknis dan berfokus pada pemecahan masalah dalam pemrograman. Setelah mengikuti proses seleksi, akhirnya dia diterima magang di Twitter dengan periode tiga bulan.

Dia mendapatkan kesempatan magang yang kedua kalinya di Twitter karena kinerjanya yang dianggap bagus pada saat magang yang sebelumnya. Kali ini, dia bisa magang di Twitter tanpa perlu mengikuti tes lagi. Magang yang kedua dilakukannya dari bulan Juni sampai September 2016.

Setelah magang di Twitter, ia mengetahui bahwa pelajaran ilmu komputer yang diajarkan di Indonesia masih belum mendalam. Sebab, saat magang di Twitter, dia mengakui bahwa masih banyak hal yang belum diketahui. Ia sempat merasa tertinggal dengan peserta-peserta magang lainnya.

Sebelum melamar dan diterima di Twitter, sebenarnya Irfan sudah pernah mengirimkan banyak lamaran ke berbagai perusahaan teknologi ternama lainnya. Namun, setengah lamarannya ditolak dan sisanya tidak menerima balasan.

Kemudian, dia diberi saran untuk melamar ke Twitter dan Yahoo. Akhirnya, hanya Google, Twitter, dan Facebook yang memberikan Irfan kesempatan untuk mengikuti tahap seleksi selanjutnya, yaitu tahap wawancara. Dia gagal setelah mengikuti wawancara pertama di Google. Dia juga merasa kesulitan mengerjakan coding challenge dari Facebook. Namun, dia berhasil mengikuti seleksi di Twitter dengan baik. 

Setelah menunggu selama beberapa minggu, akhirnya Irfan menerima email dari Twitter yang menjadwalkan pertemuan melalui Skype call. Melalui Skype call, Irfan mendapatkan ucapan selamat dan diberikan tawaran untuk magang di Twitter. 

Menurut Irfan, sebelum magang, ada beberapa bahasa pemrograman yang sebaiknya dikuasai seperti Java, C++, Javascript, dan Python. Sebelum magang di Twitter, dia juga pernah magang di beberapa perusahaan digital yang beroperasi di Indonesia.

Baca juga: 10 Quotes Merry Riana yang Motivasi untuk Terus Hidup

Mendirikan Platform yang Membantu Banyak Orang Hingga Masuk Majalah Forbes

Berbekal pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya, akhirnya dia membangun platform yang dinamakan Lumina pada tahun 2021. Y Combinator ikut terlibat dalam pendanaan pembentukan platform ini.

Lumina adalah platform yang kegunaan dan misinya mirip seperti Jobstreet, Glints, dan Pintarnya. Pembuatan platform Lumina terinspirasi dari lingkungannya yang mayoritas orangnya berprofesi sebagai buruh.

Platform ini berguna bagi para pencari kerja yang sedang mencari pekerjaan dan memerlukan informasi lowongan pekerjaan di Indonesia. Tampilannya user-friendly dan dilengkapi dengan fitur filter. Melalui filter ini, pencari kerja bisa mencari pekerjaan berdasarkan kriteria tertentu.

Di Lumina, dia memiliki peran sebagai co-founder dan CTO. Dia bekerja sama dengan co-founder dan CEO yang bernama Aswin Andrison. Tak lama setelah platform Lumina dibangun, Tri Ahmad Irfan terpilih menjadi salah satu anak muda yang mendapatkan penghargaan Forbes 30 Under 30 Asia untuk kategori Social Impact.

Demikian kisah inspiratif Tri Ahmad Irfan, pemuda Boyolali yang mendapatkan kesempatan dua kali magang di Twitter. Meskipun tidak berasal dari keluarga yang berkecukupan secara ekonomi alias under privilege, dia berhasil membangun platform yang berguna bagi banyak orang. Karena under privilege, dia harus berjuang lebih keras.

Jika Anda mempunyai pertanyaan, saran, maupun opini, silahkan tulis di kolom komentar. Mari klik tombol share untuk membagikan kisah inspiratif ini kepada teman-teman Anda.

1 komentar untuk “Kisah Inspiratif: Tri Ahmad Irfan, Anak Tukang Batu Pendiri Lumina”

  1. Pingback: Kisah Inspiratif: Achmad Zaky, Dari Mie Ayam Menjadi Buka Lapak

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan kisah inspiratif ini kepada temanmu

Cari Artikel Lainnya

Rekomendasi Artikel

Scroll to Top