Kisah menarik kali ini datang dari seorang pemuda asal Buleleng yang bernama Putu Eka Darmawan. Dari usaha yang didirikannya, dia tidak hanya dapat membantu perekonomian dari warga sekitar, namun juga melestarikan lingkungan di sekitarnya. Manfaat tersebut dapat diwujudkannya dengan mendirikan usaha daur ulang sampah plastik yang diberi nama Rumah Plastik Mandiri.
Daftar Isi
ToggleSiapa Itu Putu Eka Darmawan?
Putu Eka Darmawan adalah pria asal Buleleng yang berhasil mengolah sampah menjadi sesuatu yang memiliki daya guna. Siapa sangka sampah yang pada umumnya dibuang begitu saja ternyata dapat disulap oleh Eka menjadi meja, kursi, jam tangan, dan berbagai produk lainnya. Eka adalah lulusan dari Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha). Dia lulus pada tahun 2010.
Pernah Bekerja di Kapal Pesiar Amerika Serikat
Eka sempat bekerja di kapal pesiar yang ada di Amerika Serikat. Pada saat umurnya menginjak dua puluh tahunan, dia memutuskan untuk menjadi bagian dari Carnival Cruise Line. Kemudian, dia memutuskan berhenti bekerja di kapal dan berwirausaha.
Pada saat itu, dia memikirkan usaha apa yang bisa bermanfaat tidak hanya bagi dirinya sendiri, namun juga bagi orang lain. Saat itulah muncul ide untuk mendirikan Rumah Sampah Plastik, usaha yang mengolah sampah plastik menjadi barang yang bermanfaat.
Baca Kisah Inspiratif Lainnya:
- Kisah Inspiratif: Regina Boentaran, Content Creator Inpiratif
- 12 Tokoh Pemimpin yang Dikagumi dan Alasannya
- Kisah Inspiratif: Nicho Saputra Nugraha, Dokter Milenial Edukatif
- Kisah Inspiratif: Rionaldo Putra, Berawal dari Gelar Abang None
Alasan Memutuskan Pulang ke Indonesia
Alasan Eka memutuskan pulang ke Indonesia adalah ingin membuat usaha sendiri. Niat awalnya adalah bisnis, namun secara tidak langsung ternyata ide bisnisnya mampu bermanfaat bagi lingkungan. Atas dasar itulah, pada akhirnya pada tahun 2016 dia kembali ke tempat asalnya.
Mendirikan Rumah Plastik Mandiri
Pada tahun 2016, Eka memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan mendirikan Rumah Plastik Mandiri. Namun, perjalanannya untuk mendirikan usaha tersebut tidaklah mudah. Sebelum memutuskan terjun di bisnis ini, ada banyak hal yang perlu dipelajarinya. Rumah Plastik Mandiri yang didirikannya terletak di Dusun Pondok, Desa Petandakan, Kecamatan Buleleng.
1. Memiliki Ide Mendirikan Usaha Daur Ulang Sampah Sejak Tahun 2014
Ide untuk mendirikan Rumah Plastik Mandiri sebenarnya sudah ada sejak 2014. Waktu itu, dia masih bekerja di kapal pesiar. Idenya bermula dari keresahannya atas masalah sampah plastik di lingkungan sekitarnya. Akhirnya, pada tahun 2016, dia merealisasikan ide yang dimilikinya. Sebelum menjalankan Rumah Plastik Mandiri, dia harus belajar cara mengolah sampah, cara memilah sampah, dan mencari tahu harga sampah.
Mulanya, dia tidak mempekerjakan orang lain dalam menjalankan usahanya. Dia hanya dibantu oleh keluarganya saja. Namun, lama-kelamaan usahanya membuahkan hasil dan mampu mempekerjakan orang lain sebagai karyawan. Usaha yang dibangunnya ini juga membuka lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu rumah tangga yang ada di sekitarnya. Beberapa karyawan di Rumah Plastik Mandiri memiliki tugas yang berbeda-beda. Ibu-ibu rumah tangga mendapatkan tugas untuk memilah sampah.
2. Mendirikan Usaha Daur Ulang Sampah dengan Modal 25 Juta
Dengan modal 25 juta, dia mendirikan Rumah Plastik Mandiri. Modalnya dipakai untuk membeli bahan sampah plastik dan membayar gaji pegawai. Sumber dayanya habis terserap untuk merancang peralatan dan mengembangkan alur kerja. Dia harus melewati berbagai macam uji coba sampai pada akhirnya menemukan formula yang tepat untuk usahanya.
Awalnya, belum ada pengolahan dan alat pencacah. Fokusnya hanya pengumpulan saja. Namun, kemudian, pada akhir tahun 2016, dia merasa bahwa sampah plastik dapat ditingkatkan nilainya, yaitu dengan diolah menjadi produk lain. Inilah yang biasa disebut dengan istilah upcycle.
3. Mengumpulkan Sampah dari Warga Sekitar
Dia mengumpulkan sampah dari warga sekitar. Misalnya, dia mengumpulkan sampah plastik dari bengkel motor milik Luh Putu Suarsini. Dibantu suaminya, Putu mengumpulkan sampah plastik, seperti botol bekas oli dan botol bekas minuman.
Tim Rumah Plastik Mandiri akan membeli sampah tersebut. Putu memakai uang hasil penjualan sampah untuk uang jajan anaknya. Tidak hanya di bengkel Putu saja, tim Rumah Plastik Mandiri juga mengumpulkan sampah plastik di tempat usaha atau rumah warga Banyuning.
4. Merancang Mesin Sendiri
Kemudian, sampah dicacah dan dikeringkan dengan memakai mesin. Karena harga mesinnya sangat mahal, dia memutuskan mempelajari konsep dan cara kerja alat tersebut. Setelah memahami cara kerjanya, dia merancang dan menyerahkan hasil desainnya kepada teknisi.
Dia mengumpulkan bahan-bahan untuk membuat mesin dari bengkel dan pemulung. Untuk merakit mesin tersebut, dia harus melewati beberapa kali kegagalan. Percobaannya baru berhasil di percobaan ketiga. Kini, Rumah Plastik Mandiri tidak hanya mempunyai alat pencacah saja, namun juga alat-alat lain termasuk mesin pengering. Jadi, mesin-mesin yang digunakan di Rumah Plastik Mandiri merupakan hasil desain Eka dan dirakit oleh para teknisi.
5. Menerapkan Metode Daur Ulang Sampah yang Berbeda
Metode daur ulang sampah yang diterapkan di Rumah Plastik Mandiri berbeda dengan yang biasanya. Prosesnya diawali dengan mengumpulkan dan memilah sampah. Kemudian, sampah ditimbang, dilakukan pengecekan dan sortir sebanyak tiga kali. Lalu, dilanjutkan dengan pencacahan, pencucian, dan pengepakan. Sebenarnya, pada tahap pengepakan, hasil daur ulang sampah sudah bisa dijual. Namun, Eka memilih untuk mengolahnya lagi menjadi produk untuk menambah nilai jual.
Eka menjelaskan bahwa tidak semua jenis sampah plastik diambil dan diolah oleh pemerintah dan swasta. Namun, semua jenis sampah plastik diterima oleh Rumah Plastik Mandiri.
Tambah Motivasimu: 25 Quotes Anies Baswedan, Pesan Berharga untuk Kaula Muda
6. Menghasilkan Produk Furnitur dan Plastic Board dari Sampah Plastik
Hasil pengolahan sampah ini dapat menghasilkan meja yang dapat dibanderol dengan harga jutaan rupiah. Bahkan, furnitur yang diolah dari sampah ini sudah pernah dibeli oleh pemilik Panamena Coffee & Eatery di Singaraja yang bernama I Gede Mulya Pradipta. Mulya membeli satu set furnitur yang dihargai 8 juta rupiah untuk dipakai di kafenya.
Bahkan, produk yang dihasilkan oleh Rumah Plastik Mandiri sudah diekspor sampai ke Spanyol, Korea, Cina dan Jepang. Selain menjual dalam bentuk produk furnitur dan fashion, Eka juga menjualnya dalam bentuk plastic board, alternatif dari penggunaan kayu. Permintaan yang paling banyak untuk pasar dalam negeri adalah produk jadi yang meliputi kursi, meja, dan sebagainya. Sedangkan, untuk pasar luar negeri, plastic board-lah yang permintaannya paling banyak.
Untuk membuat sebuah produk dari sampah plastik, diperlukan waktu sekitar seminggu. Dalam pembuatan produk, Rumah Sampah Plastik tidak menggunakan pewarnaan. Warna dari produknya murni berasal dar warna sampah itu sendiri.
Demikian kisah dari Putu Eka Darmawan, pria asal Buleleng yang berhasil mendirikan usaha yang menarik dan bermanfaat. Dia berharap usaha daur ulang sampah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang dan dapat mengedukasi masyarakat bahwa sampah mempunyai nilai ekonomis.
Apabila ada pertanyaan, silahkan Anda tulis di kolom komentar. Klik tombol share apabila Anda ingin membagikan kisah yang menarik ini kepada teman-teman Anda.